Oleh tim BEKI yang saat ini sedang berada di Bawean (Mark, Simen, Shafia)
Ketika kami pertama kali membicarakan mengenai elang-ular bido bawean (Spilornis cheela baweanus, yang menjadi bagian dari logo BEKI) dengan teman kehutanan di Bawean, mereka tampak terkejut. Apakah burung ini endemik di Bawean? Kami kemudian mengirimkan email kepada Departemen Kehutanan Jawa Timur yang berisikan beberapa foto yang berhasil kami dapatkan. Tak disangka, kami ternyata diminta untuk menulis artikel populer mengenai elang-ular bido bawean di Buletin Bulanan milik Departemen Kehutanan! Sungguh kabar yang menggembirakan dan juga kehormatan bagi kami! Kami dari BEKI dan juga Departemen Kehutanan di Bawean sama-sama berharap bahwa tulisan ini dapat meningkatkan kesadaran untuk dilakukannya penelitian terhadap raptor unik yang masih belum banyak diketahui ini.
Berikut adalah ringkasan dari artikel yang telah kami tulis:
Spesies endemik Bawean yang saat ini telah dikenal luas adalah rusa bawean (Axis kuhlii). Namun, selain spesies ini, masih ada banyak taksa yang juga endemik Bawean, seperti hewan fokus kami saat ini yaitu babi kutil bawean dan juga elang-ular bido bawean. Ketiga hewan ini termasuk ke dalam logo BEKI. Elang-ular bido bawean saat ini dianggap sebagai subspesies dari elang-ular bido (Spilornis cheela), tetapi beberapa penulis berpendapat bahwa elang ini sudah termasuk ke dalam spesies tersendiri.
Spesies ini merupakan raptor yang berukuran sedang (sekitar 50 cm), dengan kepala yang berwarna cokelat gelap hingga kehitaman, bagian dada yang berwarna cokelat, dan bintik putih yang menutupi bagian perut, samping tubuh, dan bawah tubuh (foto 1 & 2). Bintik putih ini juga ditemukan di kepala dan bagian belakang leher serta sayap. Warna kepala, dada, perut, sisi samping, dan bawah tubuh dari anakan (juvenile) adalah putih (foto 3). Selain itu, tiga garis pita kecil di ekor dapat teramati ketika elang ini sedang terbang dan khusus pada dewasa, hanya dua garis pita yang teramati (foto 4). Studi khusus mengenai elang-ular bido bawean sejauh ini hanyalah survei selama 15 hari yang dilakukan oleh Vincent Nijman pada tahun 2006, yang memperkirakan sekitar 60-75 pasang elang hidup di Pulau Bawean dengan estimasi kasar daerah jelajah (home range) antara 3,5-6,0 km. Dia juga menemukan bahwa elang-ular bido bawean, secara tidak terduga, lebih banyak menggunakan hutan dengan pohon yang tinggi dibandingkan dengan hutan pesisir seperti yang selama ini telah dikira.
Kami telah mengoleksi data mengenai elang-ular bido bawean selama 40 hari. Kami mengambil titik GPS dan mencatat berapa banyak individu yang kami amati dan kelas umur mereka. Dari total 43 pengamatan yang telah dilakukan, telah diamati sebanyak 67 individu dewasa dan 5 individu anakan elang-ular bido bawean. Sebanyak 60% elang yang diamati adalah satu invididu, 28% adalah pasangan, 5% adalah tiga individu, dan satu pengamatan mencatat satu grup yang berisi 4,5, dan 7 individu elang. Pertemuan dengan elang tersebut terjadi di semua tipe habitat kecuali di hutan rawa. Lebih lanjut, pertemuan paling banyak terjadi di bagian tengah dari pulau dan elang tidak ditemukan di area pesisir. Walaupun metode kami tidaklah sistematik, kami akan terus mengumpulkan data karena masih sedikit hal yang kita ketahui dari burung ini.
Referensi: Nijman, V. (2006). The endemic Bawean Serpent-eagle Spilornis baweanus: habitat use, abundance and conservation. Bird Conservation International, 16, 131-143.
 |  |
 |  |
RSS Feed
