Burung Hantu Seloputo (Sprix seloputo baweana Oberhoser, 1917): (sub)spesies endemik Bawean lainnya9/6/2015 Ditulis oleh: Sandy Leo 10 Agustus 2015 merupakan hari yang sangat beruntung bagi kami (tim BEKI). Setelah melakukan survey babi kutil, kami dikejutkan dengan mata besar yang mengintip di antara cabang pohon. Yes!!! Itu adalah burung hantu yang kami cari selama ini, burung hantu seloputo! Pak Rahim, polisi hutan kami mengatakan bahwa orang lokal menyebut burung hantu ini sebagai kukuk beluk. Burung hantu seloputo (Strix seloputo) sekilas terlihat mirip dengan serak jawa atau burung hantu tito (Tyto alba) jika dilihat dari mukanya yang bulat dan badannya, akan tetapi terdapat juga perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan paling mencolok adalah adanya pola bintik pada badan seloputo, yang tidak dimiliki oleh serak jawa. Merujuk pada Avibas (Lepage 2015), Stryx seloputo memiliki 3 subspesies yakni S. seloputo seloputo (Myanmar Selatan, Peninsular Malaysia, Sumatera, dan Jawa), S. seloputo baweana (Pulau Bawean), dan S. seloputo wiepkeni (Filpina selatan). Stryx seloputo baweana mempunyai variasi morfologi yang berbeda dengan subspesies pertama. Hoogerwerf (1967) mengukur dan menemukan S. seloputo baweana bertubuh lebih kecil dibanding spesies lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa area terisolir membuat burung berevolusi dan beradaptasi dengan area yang kecil dengan variasi mangsa yang lebih sedikit. Nijman (2004) juga melaporkan bahwa burung hantu seloputo mungkin memiliki persebaran yang luas di pulau Bawean, tetapi sedikit yang diketahui mengenai detail kelimpahan dan distribusi mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan studi survey dan monitoring untuk mengetahui kelimpahan dan distribusi burung cantik endemik ini. Pengetahuan yang didapat menjadi penting untuk menyusun rencana aksi konservasi untuk melindungi burung endemik ini dari ancaman dan memastikan keberlangsungan hidup mereka ke depannya.
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
September 2015
Categories |